Bagaimana Jika Al Fasher Menjadi Zona Bersama Sudan? - Tanah Sari

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Tuesday, September 2, 2025

Bagaimana Jika Al Fasher Menjadi Zona Bersama Sudan?


Al Fasher kini menjadi sorotan internasional setelah muncul wacana penerapan model "zona bersama" di kota tersebut. Ide ini terinspirasi dari pengalaman Libya dengan kota Sirte sebagai penyangga antara dua kekuatan politik yang bersaing.

Di Libya, Sirte dikenal sebagai kota yang memisahkan Pemerintah Persatuan Nasional di Tripoli dan Tentara Nasional Libya di timur. Kota ini menjadi semacam garis depan yang stabil, meski tetap diliputi kehadiran militer yang signifikan.

Kondisi di Sirte menimbulkan stagnasi politik yang panjang. Tidak ada pihak yang berani mundur, sehingga konflik besar terhenti, namun solusi politik jangka panjang juga tidak tercapai.

Warga sipil di Sirte hidup di tengah risiko tinggi. Meskipun pertempuran aktif menurun, militerisasi kota tetap memengaruhi kehidupan sehari-hari, termasuk akses ke kebutuhan dasar.

Jika model serupa diterapkan di Al Fasher, Sudan, kota ini berpotensi menjadi titik penyangga antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan dua pemerintahan di Sudan.

Penghentian pertempuran di Al Fasher dapat membawa jeda yang sangat dibutuhkan. Hal ini memungkinkan pembukaan koridor kemanusiaan untuk pengiriman bantuan dan pemulihan layanan dasar.

Secara de facto, kota ini kemungkinan akan terbagi antara kendali dua kekuatan militer. Meski tidak ada pertempuran langsung di pusat kota, wilayah sekitarnya akan dijaga ketat oleh kedua belah pihak.

Al Fasher berpeluang menjadi titik negosiasi penting. Kota ini bisa menjadi lokasi dialog atau mediasi yang strategis dalam konteks konflik lebih luas di Sudan.

Manfaat potensial dari zona bersama ini jelas terlihat pada aspek kemanusiaan. Penyaluran bantuan dapat diselenggarakan dalam skala besar, menyelamatkan nyawa dan memperbaiki kondisi warga terdampak.

Selain itu, jeda ini bisa menjadi langkah awal menuju gencatan senjata yang lebih luas. Kondisi ini berpotensi membuka jalan bagi solusi politik untuk mengakhiri konflik di Darfur dan Sudan.

Korban sipil diprediksi menurun drastis. Tidak adanya pertempuran aktif berarti risiko cedera dan kehilangan nyawa warga akan lebih rendah dibandingkan kondisi sebelumnya.

Namun, risiko tetap mengintai. Stabilitas di Al Fasher akan sangat rapuh dan mudah pecah jika terjadi provokasi atau pelanggaran kesepakatan kecil.

Kota bisa mengalami fragmentasi administrasi. Jika kedua pihak membentuk struktur pemerintahan terpisah, layanan publik dan tata kelola akan terhambat dan menimbulkan kekacauan.

Militarisasi kota berpotensi menjadi permanen. Pos pemeriksaan, pembatasan pergerakan, dan potensi kekerasan dapat mengubah Al Fasher menjadi kota militer yang selalu waspada.

Seperti di Sirte, model ini berisiko menimbulkan kemandekan politik. Tidak ada pihak yang menang atau kalah, namun kemajuan menuju perdamaian sejati juga sulit dicapai.

Pendekatan ini berisiko menunda, bukan menyelesaikan konflik. Solusi jangka panjang tetap sulit dicapai jika zona bersama hanya dijadikan penghalang sementara.

Kota Al Fasher memiliki potensi menjadi pusat politik Sudan. Keberadaan zona bersama dapat membuat kota ini lebih strategis dalam negosiasi antarfaksi.

Pengamatan internasional terhadap Sudan kini semakin intens. Wacana zona bersama di Al Fasher menimbulkan perhatian dari PBB dan organisasi kemanusiaan global.

Masyarakat sipil berharap kota ini bisa menjadi tempat aman. Namun, ketakutan akan konflik baru tetap menghantui warga yang selama ini terdampak perang.

Secara keseluruhan, konsep zona bersama di Al Fasher menawarkan jeda kemanusiaan yang penting, tetapi sarat risiko. Stabilitas, tata kelola, dan perdamaian jangka panjang tetap menjadi tantangan besar bagi Sudan.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pages